Senin, 02 Oktober 2023

 

HUBUNGAN TRANSFORMASIONAL LEADERSHIP

DENGAN ENGAGEMENT GURU

Oleh: Veravianty M.

 

            Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi. Pola kepemimpinan memainkan peranan penting dalam meningkatkan hasil yang diharapkan bersama pada sebuah sekolah. Untuk mencapai suatu hasil yang optimal dalam pengelolaan manajemen sekolah, diperlukan sebuah kepemimpinan yang bersistem sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan sumber daya manusia yang efesien, komunikasi dua arah dan teknologi yang mengikuti perkembangan zaman dan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung interaksi diantara tersebut.

            Transformasional Leadership merupakan gaya kepemimpinan yang mampu mengubah, mempengaruhi, dan membimbing anggota menjadi tidak hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja melainkan ikut serta mementingkan kepentingan organisasi.

                        Hubungan antara kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru merupakan hubungan saling ketergantungan satu sama lainnya. Dalam proses interaksi tersebut terjadi proses saling mempengaruhi  dimana pemimpin berupaya mempengaruhi anggotanya agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Dari interaksi ini menentukan derajat keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan suatu organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja anggotanya (Siagian. 2006).

            Pola kepemimpinan dan pola komunikasi merupakan sarana komunikasi satu arah maupun dua arah yang sangat diperlukan untuk menginformasikan hal-hal yang terkait dengan kegiatan sekolah. Komunikasi yang dibangun kepala sekolah dan guru di lingkungan sekolah adalah komunikasi dua arah dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Selain melakukan komunikasi dalam rapat, kepala sekolah membina komunikasi non formal, seperti penggunaan media sosial, coffee morning, berbincang santai, gathering dengan guru dan TU untuk membahas permasalahan terkini tentang sekolah.

            Pola kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang memenuhi kriteria dengan pola kepemimpinan transformasional, dengan kualitasnya sebagai berikut:

1.     Kualitas sebagai agen perubahan

       Pemimpin yang transformasional mempunyai kreativitas, inovatif dan fleksibel dalam berorganisasi. Kepribadian dan kesan profesional membuatnya memungkinkan memimpin orang-orang di lingkungannya. Selain itu juga menginspirasi pada guru dan warga sekolah untuk mementingkan kepentingan sekolah terlebih dahulu.

2.     Kepribadian dan optimisme

       Kepemimpinan yang transformasional siap dan mampu menunjukkan sikap yang tepat untuk mengambil resiko dan menghadapi batasan-batasan dalam organisasi. Kecakapan dan kemampuan intelektualnya mere membuat mereka mampu menghadapi kenyataan yang sebenarnya, meskipun situasinya kompleks, tidak menentu dan hal tersebut tidak menyenangkan.

3.     Keterbukaan dan kepercaayaan warga sekolah

       Pada saat menjali hubungan dengan guru dan warga sekolah, pemimpin yang tranformasional menunjukkan sikap yang terbuka dan siap memberikan kepercayaan ketika dibutuhkan (dapat berupa pemberian wewenang).

4.     Memimpin berdasarkan nilai

       Pemimpin yang trasformasional memformulasikan nilai-nilai dasar yang ingin dicapai, menekankan nilai-nilai penting dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai tersebut.

5.     Proses pembelajaran yang terus menerus

       Pemimpin transformasional akan menjelaskan pelajaran apa yang dapat diambil dari pengalamannya, untuk mengahadapi masa depan. Hal tersebut juga menunjukkan upaya seorang pemimpin dalam mengembangkan para guru dan warga sekolah untuk menjadi pemimpin masa datang, serta memperhatikan kebutuhan warga sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran dan kegaiatan pendidikan.

6.     Visioner

       Pemimpin visioner merupakan visioner yang baik, mampu menyatakan visi dengan jelas dan menarik serta serta menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat tercapai sehingga dapat membuat warga sekolah lebih menyadari lebih pentingnya hasil tugas dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

            Berdasarkan pemaparan teori diatas, bahwa dapat dipahami kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menginspirasi, mengarahkan dan menggerakkan pengikutnya kepada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan inovatif untuk mencapai tujuan bersama yang ditandai dengan empat ciri, yakni: kharismatik, inspiratif, stimulasi intelektual dan perhatian secara individu.#

           

 

 

 

 

Sabtu, 16 September 2023

 


P5 itu KOKURIKULER

 

Latar Belakang

          • Apa itu P5?

            • Apa poin-poin P5?

            • Bagaimana implementasi P5?

            • dst. … dst…

            Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) belakangan ini seiring dengan kebijakan Kurikulum Merdeka.

            Membangun karakter siswa melalui profil pelajar Pancasila menjadi upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nilai-nilai Pancasila akan menguatkan karakter siswa sehingga mereka akan lebih mampu mengambil keputusan yang baik, menjunjung tinggi etika, dan dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

            P5 adalah projek yang akan menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai siswa dengan kompetensi yang ingin dihasilkan oleh system pendidikan Indonesia.

            Projek tersebut dilakukan dengan menanamkan karakter pada pribadi siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajar secara nonformal. Proses kegiatan tersebut dilakukan menjadi lebih interaktif, terstruktur dan kegiatan belajarnya juga lebih fleksibel.

 

Pengertian

P5 merupakan Pembelajaran Kokurikuler yang TERPISAH dengan Pembelajaran Intrakulikuler.

            Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh sisawa untuk menguatkan, mendalami atau pengayaan pembelajaran yang sudah dipelajari dalam kegiatan Intrakulikuler. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memaksimalkan penguatan pendidikan karakter siswa, dan dapat dilaksanakan sendiri atau kelompok.

            Di kegiatan kokurikuler ini, fasilitator menyiapkan beberapa poin penting, seperti memberikan tugas atau materi yang sesuai dengan pembahasan yang sedang diajarkan. Fasilitator wajib paham tingkat kesulitan materi kokulikuler agar tugas dapat dilaksanakan sesuai kemampuan siswa. Lalu siapa saja yang bisa menjadi fasilitator?

Fasilitator adalah sebutan untuk guru yang mengajar P5, yang terdiri dari Guru Kelas, Guru Mapel, Nara Sumber, atau Wali Murid.

            Di akhir kegiatan, pengajar memberikan penilaian yang adil sesuai dengan hasil kerja dan kemampuan siswa masing-masing. Kegiatan ini bisa berupa mengembangkan identitas dan kearifan lokal, dan pada umumnya masih terkait dengan mata pelajaran muatan local yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.

                       

Tujuan & Manfaat   

            Beberapa tujuan tentang pentingnya kokurikuler, yaitu:

-       Sebagai penunjang dari praktik intrakulikuler dengan acuan utama bahwa siswa dapat mendalami materi yang sudah diperoleh. Siswa belajar bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan.

-       Memudahkan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dibahas.

 

            Kegiatan kokurikuler terlihat hanya bersenang-senang saja, namun sebenarnya mendatangkan banyak manfaat dan sangat menyenangkasn bagi siswa. Manfaatnya yaitu menumbuhkan serta mengembangkan karakter yang baik untuk perkembangan kepribadian siswa. Selain itu, kegiatan ini dapat melatih keterampilan social dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan siswa.

 

Hubungan P5 dan Kokurikuler

            Berdasar pada Permendikbudristek No. 56/M/2022, bahwa Projek Penguatan Profil Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesia dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.

            P5 dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu siswa melalui budaya satuan pendidikan. Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi, yaitu:

1, Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.

2. Berkebinekaan global.

3. Bergotong royong.

4. Mandiri.

5. Bernalar kritis.

6. Kreatif.

           

            Pelaksanaan P5 dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan dan waktu pelaksanaan. Projek dirancang terpisah dari intrakulikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan materi pembelajaran intrakulikuler.

 

Gambaran Pelaksanaan P5    

            Penerapan P5 perlu ditekankan bahwa projek dapat dilandasi studi kasus dan studi lapangan yang dilakukan oleh siswa. Proses tersebut akan melandasi kepekaan siswa terhadap isu sosial yang terjadi di masyarakat.

            Gambaran Pelaksanaan P5 bagi siswa dapat dicontohkan sebagai berikut:

1.     Proyek Pemberdayaan Lingkungan

Siswa dapat belajar tentang siklus air dan melakukan penyelidikan penyebab keringnya mata air dan melakukan penghijauan. Setelah melakukan penanaman pohon, siswa merawat agar tumbuh dengan baik. Projek profil ini mengembangkan karakter akhlak kepada alam dan termasuk dalam dimensi Akhlak Mulia.

2.     Konferensi Siswa

Kegiatan ini melatih kemampuan siswa dalam public speaking, presentasi, tampil di depan umum dengan menyajikan hasil riset sederhana sesuai dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Projek ini mengembangkan dimensi Bernalar Kritis dan Mandiri.

3.     Kerja Bakti

Aktivitas ini paling sering dilakukan untuk memberikan edukasi kepada siswa mengenai pentingnya kebersihan dan penghijauan di lingkungan sekolah. Siswa dapat diarahkan melakukan kebersihan kelas, kebun sekolah dan pemilahan sampah. Selain dapat dijadikan aktivitas refreshing siswa dari kegiatan intrakulikuler, kegiatan ini juga termasuk dalam dimensi Gotong Royong.

 

            Waktu Pelaksanaan P5 dialokasikan 1-2 JP per hari di akhir pelajaran. Dalam seminggu kegiatan P5 ditentukan 1 hari untuk pelaksanaannya. Pada per periode, kegiatan P5 dipadatkan di minggu ke-4 setiap bulan atau full di bulan tertentu.

            Dalam 1 tahun ajaran, P5 dilaksanakan sebagai berikut:

-       PAUD = 1-2 tema

-       SD/MI = 2 tema

-       SMP/MTs = 3 tema

-       SMA/MA = 3 tema

Kesimpulan

            P5 adalah Pendekatan Pembelajaran melalui Proyek. Sasaran utamnya adalah mencapai Dimensi Profil Pelajar Pancasila. Siswa akan belajar tema tertentu yang sudah ditetapkan Pemerintah.

            P5 merupakan Pembelajaran Kokulikuler yang terpisah dengan pembelajaran Intrakulikuler. Alokasi Waktu P5 juga terpisah. 20-30% jam belajar di setiap mata pelajaran.

            Guru tidak wajib memaksakan proyek di setiap mata pelajaran, melainkan Tujuan Utama Proyek adalah penguatan Dimensi Profil Pelajar Pancasila. -#-