Jumat, 11 Oktober 2024

Strategi "Circle"

 




Latar belakang munculnya kegiatan pendampingan dan pembinaan pembelajaran ini, yaitu:
1.  Perlunya optimalisasi peran Kepala Sekolah dalam mendukung implementasi kebijakan kurikulum merdeka.
2. Rendahnya progres pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM).  Oleh karena itu, penulis perlu mengoptimalkan diri berperan sebagai kepala sekolah yang mampu mendukung agar tujuan pendidikan dapat tercapai.


Mengapa strategi circle?

              Menurut penulis, kata circle bisa dikatakan sebagai salah satu kata yang biasa digunakan ketika sedang berkumpul dengan rekan atau teman sejawat. Arti circle dalam KBBI ialah lingkaran, yaitu garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat berbentuk bundaran. Circle menggambarkan ikatan yang solid antara kepala sekolah dengan guru, murid dan seluruh warga sekolah.  Strategi ini juga bermakna sesungguhnya, yaitu kegiatan yang berulang-ulang sehingga melekat dan terikat dalam ingatan. 


Ada tiga tujuan dari pendampingan dan pembinaan pembelajaran dengan strategi Circle ini adalah:

1.   Meningkatkan progres pemanfaatan PMM di lingkungan SMP Negeri 11 Rambah Hilir.

2.   Membiasakan agar murid dan guru melaksanakan evaluasi, refleksi dan tindak lanjut.

3.   Mendampingi guru dalam memahami dan mengimplementasikan kurikulum merdeka.


Langkah-langkah kegiatan pendampingan dan pembinaan pembelajaran dengan strategi circle, sebagai berikut :

1. Pemetaan Kebutuhan Belajar

      Tahap ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui kebutuhan satuan pendidikan, yaitu murid dan guru terhadap materi implementasi kurikulum merdeka yang masih diperlukan pendampingan dan pembinaan, dan hasil analisis rapor pendidikan.

   2. Asesmen Awal

    Asesmen awal bertujuan untuk mengetahui kedalaman materi yang dimiliki oleh para guru, yang nantinya digunakan sebagai dasar pelaksanaan pendampingan dan pembinaan pembelajaran (mentoring, coaching, facilitating, dll).

   3.  Aksi Pendampingan dan Pembinaan

    Pada tahap ini, kepala sekolah akan mendampingi guru sesuai kondisi dan schedule yang telah disepakati, dan terstruktur. Di kegiatan pendampingan dan pembinaan ini strategi circle akan terlihat pada pemahaman materi yang disampaikan dan memotivasi guru dalam kegiatan belajar saat mengadapi murid secara langsung. Pendampingan juga bisa dilaksanakan secara individu, beberapa guru ataupun klasikal, tergantung kebutuhan dan kesesuaian, dengan metode permodelan, diskusi terarah, fasilitasi dan coaching.

   4. Evaluasi, Refleksi dan Rencana Tindak Lanjut

     Setelah pelaksanaan aksi, kepala sekolah mengajak guru untuk melakukan evaluasi dan refleksi berupa umpan balik melalui kertas post it ataupun pernyataan-pernyataan singkat tentang materi yang disampaikan. Hal ini dilakukam agar evaluasi dan refleksi terbiasa dilakukan dan menjadi kegiatan yang membudaya. #


                        



Senin, 02 Oktober 2023

 

HUBUNGAN TRANSFORMASIONAL LEADERSHIP

DENGAN ENGAGEMENT GURU

Oleh: Veravianty M.

 

            Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi. Pola kepemimpinan memainkan peranan penting dalam meningkatkan hasil yang diharapkan bersama pada sebuah sekolah. Untuk mencapai suatu hasil yang optimal dalam pengelolaan manajemen sekolah, diperlukan sebuah kepemimpinan yang bersistem sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan sumber daya manusia yang efesien, komunikasi dua arah dan teknologi yang mengikuti perkembangan zaman dan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung interaksi diantara tersebut.

            Transformasional Leadership merupakan gaya kepemimpinan yang mampu mengubah, mempengaruhi, dan membimbing anggota menjadi tidak hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja melainkan ikut serta mementingkan kepentingan organisasi.

                        Hubungan antara kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru merupakan hubungan saling ketergantungan satu sama lainnya. Dalam proses interaksi tersebut terjadi proses saling mempengaruhi  dimana pemimpin berupaya mempengaruhi anggotanya agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Dari interaksi ini menentukan derajat keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan suatu organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja anggotanya (Siagian. 2006).

            Pola kepemimpinan dan pola komunikasi merupakan sarana komunikasi satu arah maupun dua arah yang sangat diperlukan untuk menginformasikan hal-hal yang terkait dengan kegiatan sekolah. Komunikasi yang dibangun kepala sekolah dan guru di lingkungan sekolah adalah komunikasi dua arah dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Selain melakukan komunikasi dalam rapat, kepala sekolah membina komunikasi non formal, seperti penggunaan media sosial, coffee morning, berbincang santai, gathering dengan guru dan TU untuk membahas permasalahan terkini tentang sekolah.

            Pola kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang memenuhi kriteria dengan pola kepemimpinan transformasional, dengan kualitasnya sebagai berikut:

1.     Kualitas sebagai agen perubahan

       Pemimpin yang transformasional mempunyai kreativitas, inovatif dan fleksibel dalam berorganisasi. Kepribadian dan kesan profesional membuatnya memungkinkan memimpin orang-orang di lingkungannya. Selain itu juga menginspirasi pada guru dan warga sekolah untuk mementingkan kepentingan sekolah terlebih dahulu.

2.     Kepribadian dan optimisme

       Kepemimpinan yang transformasional siap dan mampu menunjukkan sikap yang tepat untuk mengambil resiko dan menghadapi batasan-batasan dalam organisasi. Kecakapan dan kemampuan intelektualnya mere membuat mereka mampu menghadapi kenyataan yang sebenarnya, meskipun situasinya kompleks, tidak menentu dan hal tersebut tidak menyenangkan.

3.     Keterbukaan dan kepercaayaan warga sekolah

       Pada saat menjali hubungan dengan guru dan warga sekolah, pemimpin yang tranformasional menunjukkan sikap yang terbuka dan siap memberikan kepercayaan ketika dibutuhkan (dapat berupa pemberian wewenang).

4.     Memimpin berdasarkan nilai

       Pemimpin yang trasformasional memformulasikan nilai-nilai dasar yang ingin dicapai, menekankan nilai-nilai penting dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai tersebut.

5.     Proses pembelajaran yang terus menerus

       Pemimpin transformasional akan menjelaskan pelajaran apa yang dapat diambil dari pengalamannya, untuk mengahadapi masa depan. Hal tersebut juga menunjukkan upaya seorang pemimpin dalam mengembangkan para guru dan warga sekolah untuk menjadi pemimpin masa datang, serta memperhatikan kebutuhan warga sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran dan kegaiatan pendidikan.

6.     Visioner

       Pemimpin visioner merupakan visioner yang baik, mampu menyatakan visi dengan jelas dan menarik serta serta menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat tercapai sehingga dapat membuat warga sekolah lebih menyadari lebih pentingnya hasil tugas dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

            Berdasarkan pemaparan teori diatas, bahwa dapat dipahami kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menginspirasi, mengarahkan dan menggerakkan pengikutnya kepada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan inovatif untuk mencapai tujuan bersama yang ditandai dengan empat ciri, yakni: kharismatik, inspiratif, stimulasi intelektual dan perhatian secara individu.#