Kamis, 30 Desember 2010

PERBEDAAN GAYA BERPIKIR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI

Ada tiga hal yang membedakan lelaki dan perempuan, yaitu struktur fisik, organ reproduksi dan cara berpikir. Struktur otak dan pengaruh hormonal diketahui sebagai penyebab perbedaan tersebut. Perempuan dan laki-laki memang berbeda dalam cara menyelesaikan masalah (way of problem solving) namun perbedaan itu tidak menunjuk pada kualitas berpikir. Kombinasi dua gaya berpikir dan perbedaan kedalaman emosional membuat dua makhluk ciptaan menjadi istimewa jika bekerja sama. Perbedaan itu layaknya siang-malam, hitam-putih, baik-jelek, atau tinggi-rendah. Mereka tak mungkin disamakan, karena memang berbeda.
            Gender merupakan suatu konstruksi sosial atas perbedaan peran perempuan dan laki-laki. Struktur otak perempuan dan laki-laki pun berbeda. Namun perbedaan disini tidak menghasilkan perbedaan dalam tingkat kecerdasan (level of intelligence) kecuali bagaimana mereka mengatur kecerdasan mereka sendiri. Pada peran misalnya, perempuan cenderung lebih suka pada peranan domestik, sementara laki-laki pada peranan publik, termasuk dalam urusan seks, perempuan lebih ‘’pemalu’’ dan laki-laki justru lebih agresif. Implikasi menunjukkan perbedaan dalam hal emosi, tingkah laku seksual, proses berbahasa, kemampuan sosial dan problem-problem matematis. Perbedaan tersebut terjadi karena faktor genetika yang memang telah ‘’diciptakan’’ sedemikian rupa dari sono-nya. Tanpa diberikan pengarahan dan pendidikan apapun, perempuan cenderung menyukai boneka dan alat dapur, sedangkan si laki-laki memilih mobil-mobilan.

Emosi
            Kebanyakan kriminalis adalah kaum laki-laki. Kebanyakan perangkai bunga adalah kaum perempuan. Ini bukan sebuah ungkapan tanpa dasar.Richard Haier, guru besar saraf dari Universitas California di Irvine, berhasil membuktikan bahwa kenyataan tersebut mempunyai dasar ilmiah. Haier, dengan alat bantu PET (Positron Emission Tomorgraphy), menemukan kenyataan bahwa ketika menganggur, aktivitas otak laki-laki lebih banyak terjadi pada daerah limbic temporal. Daerah ini adalah pengatur emosi yang berhubungan dengan aksi motorik, teristimewa perilaku ‘’yang suka memukul jika sedang marah’’. Laki-laki yang beringas, apalagi ketika marah dengan emosi tidak terkontrol, akan disalurkan melalui pukulan tangan, tendangan kaki dan makian. Apabila ia memegang senjata atau pisau, hampir pasti seseorang di hadapannya akan cedera dan luka-luka. Tidak usah heran, daerah limbic temporal merupakan sisa dari otak reptil ketika mengalami proses evolusi. Sangat menarik, karena istilah ‘’buaya darat’’ (buaya adalah salah satu jenis reptil) lebih kerap dipakai untuk menunjuk para laki-laki hidung belang.
Sebaliknya, pada kaum perempuan saat istirahat, aktivitas otak lebih banyak terjadi pada cingulate gyrus. Daerah ini, yang dalam evolusi merupakan turunan otak mamalia sebenarnya bertanggung jawab dalam mengontrol ekspresi emosi. Ketika marah, seorang perempuan cenderung membelalakkan matanya daripada memukul, menendang atau memaki.

Kemampuaan Berbahasa      
            Menakjubkan, sifat cerewet perempuan ternyata memiliki dasar biologis. Dalam mengumbar kata-kata, perempuan memang lebih hebat daripada laki-laki. Perempuan memang lebih verbalistis dan memiliki banyak perbendaharaan kata, termasuk jarang melakukan kesalahan berbahasa. Salah satu efeknya, mereka dapat lancar mengungkapkan masalah-masalah emosional yang mereka rasakan. Penghubung belahan otak, korpus kalosum, memang lebih tebal pada perempuan. Dengan itu, aliran informasi menjadi lebih cepat dan lebih banyak.
            Ketika menanjak dewasa, perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan. Mereka lebih cepat berbicara, cepat membaca, dan jarang ada kelalaian dalam belajar. Menurut ahli saraf, Sally Shaywitz dan Bennet Shaywitz, ini bisa terjadi karena anak perempuan memakai kedua belahan otaknya saat membaca atau melakukan kegiatan berbahasa lainnya. Perempuan, dalam beberapa kasus, lebih dapat membahasakan, atau menceritakan, apa yang ia rasakan (status emosi). Ia dapat menata kata dan kalimatnya secara teratur, memilih jenis kata (aspek linguistik) yang dapat melukiskan perasaannya, dan memilih intonasi dan aksentuasi tertentu yang mendukung emosinya (aspek paralinguistik).

Pengenalan Ruang (Spasial)
            Dalam membayangkan (mental image) posisi atau gerakan, laki-laki lebih unggul daripada perempuan. Laki-laki, hanya dengan pembayangan di dalam pikirannya, dapat melukiskan posisi dan gerakan sebuah benda tiga dimensi. Pada bagian otak laki-laki, Lobus parietal bawah, adalah penanggung jawab pengenalan spasial. Dan pada laki-laki, ukurannya kurang lebih 6 persen lebih besar dibandingkan perempuan. Daerah itu mengatur ‘’kemampuan visio-spasial’’ dan sangat perlu untuk tugas-tugas matematika dan arsitektur. Perlu dipahami bahwa dalam kemampuan pengenalan ruang, laki-laki lebih unggul daripada perempuan, tetapi itu bukan dasar bagi perbedaan kecerdasan.
            Lobus parietal bawah, pada seorang lelaki genius bernama Albert Einstein, ternyata 15 persen lebih lebar dibandingkan pada 36 otak laki-laki dan 56 otak perempuan lainnya. Sandra Witelson, ahli saraf dan pengelola bank otak di Kanada, menemukan keunikan setelah menganalisis penggalan-penggalan otak Einstein, yang meninggal tahun 1955 karena pecahnya pembuluh darah otak. Perbedaan ukuran otak Eistein cocok betul dengan perilaku ilmiahnya ketika hidup. Einstein, dalam beberapa kesempatan, sering menceritakan cara ia memperoleh beberapa rumus matematika. Ia cukup ‘’menghayal’’ atau membayangkan otaknya saja, lalu diadakan pembuktian di laboratorium. Teori relativitas yang sangat terkenal, misalnya, lahir dari ‘’khayalan’’ Einstein tentang manusia yang mengarungi alam semesta dengan sekejap mata saja. Imajinasi visio-spasial seperti itu laki-laki lebih unggul daripada perempuan.

            Dari semua yang diuraikan diatas, bahwa memang laki-laki dan perempuan berbeda. Perjuangan para feminis, dengan kesetaraan gender dan emansipasi dalam kehidupan sehari-hari, akan memiliki implikasi jika disadari perbedaan tersebut. Keberadaan Hawa  yang menemani Adam, sebagaimana diceritakan dalam kitab-kitab suci adalah sebuah keseimbangan. Untuk mengetahui malam, harus ada siang, untuk mengetahui putih, harus ada hitam. Keseimbangan-keseimbangan tersebut telah dibuat sedemikian rupa. Menjaga keseimbangan itu jauh lebih penting daripada mencoba-coba melahirkan keseimbangan-keseimbangan baru.

Oleh: Vera Vianty Mala

0 komentar:

Posting Komentar